Saturday, December 31, 2011

Piramida Garut Lebih Tua dari Piramida Mesir

VIVAnews - Tim Katastropik Purba menemukan fakta mengagetkan sehubungan dengan misteri piramida Garut, Jawa Barat. Dari hasil penelitian intensif dan uji karbon dipastikan bahwa umur bangunan yang terpendam dalam gunung wilayah Garut lebih tua dari Piramida Giza yang berada di Mesir. 
Tim Katastropik Purba sebelumnya telah melakukan penelitian intensif atas dugaan adanya bangunan berbentuk piramida di Desa Sadahurip, dekat Wanaraja, Garut, Jawa Barat.
“Dari beberapa gunung yang di dalamnya ada bangunan menyerupai piramid, setelah diteliti secara intensif dan uji carbon dating, dipastikan umurnya lebih tua dari Piramida Giza,” terang Andi Arief, Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana, dalam keterangan tertulis pada 20 November 2011.

Sekadar catatan, Piramida Giza selama ini dikenal sebagai piramida tertua dan terbesar dari 3 piramida yang ada di Nekropolis Giza. Piramida ini diyakini sebagai makam Firaun, Dinasti keempat Mesir, Khufu, yang dibangun selama lebih dari 20 tahun pada kurun waktu sekitar tahun 2560 sebelum Masehi.

Temuan Mencengangkan
Dalam beberapa waktu ke depan, lanjut Andi, Tim Katastropik Purba akan melakukan paparan publik tentang temuan-temuannya tersebut. Tak hanya soal temuan piramida di Garut tersebut, tim ini nantinya juga akan memaparkan temuan istimewa di kawasan Trowulan, Batu Jaya, beberapa lokasi menhir di Sumatera dan lain-lain. 

“Ada temuan mencengangkan tentang uji carbon dating pada 3 lapis kebudayaan di kawasan Trowulan yang terlanjur kita sebut Majapahit pada zaman sejarah masehi itu. Juga tentang temuan-temuan lapisan sejarah di Lamri, Aceh, dan sekitarnya,” terang Andi.

Atas temuan ini, sambungnya, Tim Katastropik Purba akan terus berkoordinasi lintas ilmu kebumian sehubungan dengan temuan-temuan sejarah bencana-bencana lokal dan global untuk dicari mitigasinya.

Tim tersebut juga akan terus berkoordinasi dengan bidang kepurbakalaan, antropologi, arkeologi, pakar budaya, ahli sejarah dan lainnya. (ren)

© VIVAnews

Misteri Piramida Garut Berniat diUngkap

 
Piramida di Sadagurip diduga lebih tua dan lebih besar dari Piramida Giza di Mesir.

VIVAnews - Riset patahan aktif di Jawa Barat untuk mempelajari bencana di zaman purba berujung pada penemuan mengejutkan: keganjilan berupa struktur piramida di Gunung Sadahurip, Garut, Jawa Barat.

Diperkirakan besar dan usianya melampaui Piramida Giza di Mesir -- yang diyakini sebagai makam Firaun, Dinasti keempat Mesir, Khufu, yang dibangun selama lebih dari 20 tahun pada kurun waktu sekitar tahun 2560 sebelum Masehi.

Kini, misteri piramida di Garut, Jawa Barat diharapkan akan segera terkuak. Anggota Tim Bencana Katastropik Purba yang dibentuk Kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana, Iwan Sumule mengatakan, sejumlah peneliti dan arkeolog asing telah menawarkan bantuan dalam proses eskavasi. 

"Termasuk dari Prancis, Amerika Serikat, dan Belanda menyatakan minat untuk membantu eskavasi," kata dia saat dihubungi VIVAnews, Selasa 29 November 2011.  

Dia menambahkan, berdasarkan hasil survei, didukung sejumlah data, termasuk hasil foto IFSAR -- lima meter di atas permukaan tanah, nyata ditemukan adanya struktur piramida yang adalah buatan manusia. "Semua aspek sudah diteliti, termasuk carbon dating. Di Gunung Sadahurip itu menunjukkan umur batuan 10.000 tahun lebih. Artinya kalau Piramida Giza di Mesir berusia sekitar 3.000 tahun sebelum masehi, kita (Garut) 10.000 tahun," tambah dia. "Hasil tes karbon tak bisa ditipu."

Besarnya pun melampaui piramida di Mesir. Menurut Iwan, tinggi piramida Garut diperkirakan 200 meter. "Makanya kami perkirakan, lebih tinggi dan lebih tua tiga kali lipat dari Piramida Giza di Mesir." 

Peradaban mana yang sedemikian maju dan bisa membangun piramida sebesar itu? "Kami eskavasi dulu, baru bisa mengetahui lebih lanjut. Ini akan menguak, peradaban masa lalu yang mengagumkan bisa berasal dari bumi nusantara," tambah Iwan. 

Ditanya soal agenda eskavasi, Iwan menjelaskan, pihaknya kini sedang berkoordinasi dengan semua pihak terkait. "Ketika semua sudah siap, baru akan melakukan eskavasi. Ini tidak gampang, tidak seperti cangkul-mencangkul tanah. Ini sangat berharga, berumur ribuan tahun," kata dia. 

Semua aspek, dia menambahkan, perlu dibicarakan dengan semua instansi terkait -- memberikan pemahaman, bahwa di tempat tersebut ditemukan piramida. "Untuk tahap awal melalui kepala desa, mereka menerima, mudah-mudahan saat eskavasi jalan, sudah terbuka semua," kata dia. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga sudah diberi tahu soal temuan ini. 

Keberadaan piramida tersebut, Iwan menambahkan, dapat memberikan efek positif bagi masyarakat Garut dan sekitarnya, khususnya aspek ekonomi dan sosial. "Kami gembira tim peneliti mancanegara berniat langsung datang," kata Iwan. "Ini akan membalikkan semua pandangan orang terhadap dunia prasejarah." 

Sebelumnya, Tim Katastropik Purba juga mengatakan, bangunan diduga piramida bukan hanya di dalam Gunung Sadahurip. Juga ditemukan di tiga gunung lain di Garut. "Hasil survei di Gunung Putri, Gunung Kaledong dan Gunung Haruman sudah bisa diambil kesimpulan  bahwa ada "man made" yang diduga kuat piramida," ujar Tim.

Struktur piramida di Gunung Putri
Struktur piramida di Gunung Putri 2
Penelitian juga dilakukan di Gunung Padang, Cianjur, di mana batu-batu megalitikum tersebar luas di kawasan sehektare lebih. Melalui tes geolistrik, Tim menyimpulkan di situs Gunung Padang yang juga disebut sebagai peninggalan megalitikum terbesar di Asia Tenggara itu terdapat struktur punden berundak yang mirip piramida.

Pada 5 November, Tim yang sama juga melansir, Gunung Klothok dan sebuah gunung di Sleman, juga diduga menyimpan struktur piramida di dalamnya. (umi)


© VIVAnews

Filum Nematoda atau Nemathelminthes (Cacing gilig atau cacing tambang)

Filum Nematoda atau Nemathelminthes (Cacing gilig atau cacing tambang) - Bentuk tubuh giling seperti tali atau tambang; triploblastik, tidak bersegmen; simetris bilateral (Gambar 9.14); selom semu; dan permukaan tubuh dilapisi kutikula. Ukurannya bervariasi, umumnya mikroskopis, namun ada yang mencapai panjang 1 meter. Tubuh dengan ujung ekor lurus dan tumpul pada betina; runcing dan membengkok pada jantan (Gambar 9.14). Testis dan ovarium terpisah pada individu yang berbeda (gonokoris); betina berukuran lebih besar daripada jantan. Sistem pencernaan lengkap (mulut, faring, usus, dan memiliki anus).

Sistem saraf tangga tali (ganglion). Sistem transportasi menggunakan cairan tubuh. Tidak ada sistem respirasi, berlangsung difusi melalui seluruh permukaan tubuh. Reproduksi secara fertilisasi internal (gonokoris, seksual). Habitat di tanah, air atau hidup parasit pada manusia, hewan dan tumbuhan. Beberapa contoh Nemathelminthes parasit pada Gambar 9.14. dan tabel 9.3. berikut ini.


Tabel 9.3. Siklus hidup beberapa jenis cacing Nematoda Ascaris lumbricoides (cacing perut)Ancylostoma sp dan Necator sp (cacing tambang) Enterobius/Oxyuris

Ascaris
lumbricoides
(cacing perut)
Ancylostoma sp
dan Necator sp
(cacing tambang)
Enterobius/Oxyuris
vermicularis
(cacing kremi)
Wucheria
bancrofti
(cacing filaria)
Betina berukuran
20-40 cm, ujung
ekornya lurus.
Jantan berukuran10-15 cm, ujung
ekor bengkok.
Hidup parasit
pada manusia,
terutama pada
anak-anak.
Siklus hidup:
Telur berembrio
tertelan melalui
makanan atau
minuman yang
mengandung
telur; telur
menetas menjadi
larva; larva
meninggalkan
usus masuk ke
peredaran darah
sehingga sampai
ke jantung dan
paru. Selanjutnya
cacing dewasa di
dalam usus.
Berukuran 1-1.5
cm, mulut dengan
alat kait (skoleks).
Betina bertelur 9000 butir per hari.
Siklus hidup:
Telur keluar
bersama feses,
menetas menjadi
larva. Larva lalu
menginfeksi kulit
melalui telapak kaki
dan masuk ke
peredaran darah.
Cacing mengisap
darah dan
mengeluarkan zat
antikoagulasi
sehingga penderita
mengalami anemia.
Betina berukuran 8-13
mm, ekor panjang,
runcing.Jantan
berukuran 2-5 mm, dengan ekor melingkar.
Habitat di usus besar
manusia.
Siklus hidup:
Cacing betina bertelur
disekitar anus pada
malam hari sehingga
menimbulkan gatal.
Ketika digaruk, telur
melekat di jari, tertelan
oleh si penderita
(autoinfeksi). Telur
menetas di usus kecil
menjadi larva, lalu
tumbuh dan
berkembang, dan
akhirnya kawin di usus
besar. Kemudian
bertelur di sekitar anus.
Berlangsung selama 2-
4 minggu.
Bentuk tubuh
seperti benang,
warna putih
kekuningan, panjang 2-70 cm.
Betina vivipar
menghasilkan
mikrofilaria pra
larva aktif.
Siklus hidup:
Larva mikrofilaria
masuk melalui
gigitan nyamuk
menuju pembuluh
limfa, tumbuh
sampai dewasa.
Dalam jumlah
banyak dapat
menyumbat
pembuluh limfe
sehingga cairan
tidak dapat kembali
ke pembuluh limfe.
Terjadi genangan
cairan dan
menimbulkan
pembengkakakan
di kaki.

Banyak anggota Nematoda yang mikroskopis hidup sebagai parasit pada akar berbagai jenis tumbuhan sehingga sering dikenal sebagai cacing akar. Cacing dewasa bertelur di akar/tanah dan dalam jangka waktu yang cukup lama telur menetas menghasilkan larva. Selanjutnya larva menginfeksi akar dan masuk ke dalam akar dan makan jaringan di dalamnya. Akar bereaksi dengan membentuk “tumor” atau “parut” seperti bekas luka. Salah satu contohnya adalah Heterodera radicola yang dilaporkan hidup parasit pada 1000 arietas tanaman dan umumnya menginfestasi tanaman pertanian, buah-buahan, semak, pohon peneduh dan gulma.


Pembentukan, Macam, Struktur & Cara Kerja Antibodi

Materi kedua malam ini adalah  Pembentukan, Macam & Struktur Antibodi, disini kita akan menelaah bersama mengenai bagaimana sig proses pembentukan antibodi itu? lalu ada berapa macam antibodi itu? struktur antibodi? semua akan kita bahas satu persatu, semoga bermanfaat.

Tubuh dapat dengan cepat merespon infeksi suatu kuman penyakti apabila di dalam tubuh sudah terdapat antibodi untuk jenis antigen tertentu yang berasal dari kuman. Bagaimana antibodi dapat terbentuk dalam tubuh?

a. Macam & Pembentukan Antibodi

Berdasarkan cara mendapatkan imun atau kekebalan, dikenal dua macam kekebalan, yaitu kekebalan aktif dan pasif.

1) Kekebalan Antibodi Aktif

Kekebalan aktif terjadi jika seseorang kebal terhadap suatu penyakit setelah diberikan vaksinasi dengan suatu bibit penyakit. Perhatikan Gambar 11.4. Jika kekebalan itu diperoleh setelah orang mengalami sakit karena infeksi suatu kuman penyakit maka disebut kekebalan aktif alami. Sebagai contohnya adalah seseorang yang pernah sakit campak maka seumur hidupnya orang tersebut tidak akan sakit campak lagi.

Vaksinasi antibodi dengan cara disuntik

Apakah Anda ingat bahwa pada saat masih kecil mendapatkan imunisasi polio? Sekarang ini di Indonesia sudah dilaksanakan imunisasi polio untuk anak-anak balita. Hal ini dilakukan agar Indonesia terbebas dari virus polio. Apa sebenarnya yang terkandung di dalam vaksin?

Vaksin mengandung bibit penyakit yang telah mati atau dinonaktifkan, dimana pada bibit penyakit tersebut masih mempunyai antigen yang kemudian akan direspon oleh sistem imun dengan cara membentuk antibodi.

Sel B dan sel T (sel limfosit) ikut berperan dalam menghasilkan antibodi. Sel B (B limfosit) membentuk sistem imunitas humoral, yaitu imunitas dengan cara membentuk antibodi yang berada di darah dan limfa. Sel B berfungsi secara spesifik mengenali antigen asing serta berperan membentuk kekebalan terhadap infeksi bakteri, seperti Streptococcus, Meningococcus, virus campak, dan Poliomeilitis. Antibodi ini kemudian melekat pada antigen dan melumpuhkannya.

Sel B ini juga mampu membentuk sel pengingat (memory cell). Sel ini berfungsi untuk membentuk kekebalan tubuh dalam jangka panjang. Sebagai contoh jika terdapat antigen yang sama masuk kembali ke dalam tubuh maka sel pengingat ini akan segera meningkatkan antibodi dan membentuk sel plasma dalam waktu cepat. Sel plasma adalah sel B yang mampu menghasilkan antibodi dalam darah dan limfa.

Sel T (T limfosit) membentuk sistem imunitas terhadap infeksi bakteri, virus, jamur, sel kanker, serta timbulnya alergi. Sel T ini mengalami pematangan di glandula timus dan bekerja secara fagositosis. Namun T limfosit tidak menghasilkan antibodi. T limfosit secara langsung dapat menyerang sel penghasil antigen. Sel T kadang ikut membantu produksi antibodi oleh sel B.
Tempat pembentukan sel T dan sel B

Sel T dan sel B berasal dari sel limfosit yang diproduksi dalam sumsum tulang. Perhatikan Gambar 11.5 Sel limfosit yang melanjutkan pematangan selnya di sumsum tulang akan menjadi sel B.

Baik sel B maupun sel T dilengkapi dengan reseptor antigen di dalam plasma membrannya. Reseptor antigen pada sel B merupakan rangkaian membran molekul antibodi yang spesifik untuk antigen tertentu. Reseptor antigen dari sel T berbeda dari antibodi, namun reseptor sel T mengenali antigennya secara spesifik. Spesifikasi dan banyaknya macam dari sistem imun tergantung reseptor pada setiap sel B dan sel T yang memungkinkan limfosit mengidentifikasi dan merespon antigen.

Saat antigen berikatan dengan reseptor yang spesifik pada permukaan limfosit, limfosit akan aktif untuk berdeferensiasi dan terbagi menaikkan populasi dari sel efektor. Sel ini secara nyata melindungi tubuh dalam respon imun. Dalam sistem humoral, sel B diaktifkan oleh ikatan antigen yang akan meningkatkan sel efektor yang disebut dengan sel plasma. Sel ini mensekresi antibodi untuk membantu mengurangi antigen.

2) Kekebalan Antibodi Pasif

Setiap antigen memiliki permukaan molekul yang unik dan dapat menstimulasi pembentukan berbagai tipe antibodi. Sistem imun dapat merespon berjuta-juta jenis dari mikroorganisme atau benda asing. Bayi dapat memperoleh kekebalan (antibodi) dari ibunya pada saat masih berada di dalam kandungan. Sehingga bayi tersebut memiliki sistem kekebalan terhadap penyakit seperti kekebalan yang dimiliki ibunya.

Kekebalan pasif setelah lahir yaitu jika bayi terhindar dari penyakit setelah dilakukan suntikan dengan serum yang mengandung antibodi, misanya ATS (Anti Tetanus Serum). Sistem kekebalan tubuh yang diperoleh bayi sebelum lahir belum bisa beroperasi secara penuh, tetapi tubuh masih bergantung pada sistem kekebalan pada ibunya. Imunitas pasif hanya berlangsung beberapa hari atau beberapa minggu saja.

b. Struktur Antibodi

Setiap molekul antibodi terdiri dari dua rantai polipeptida yang identik, terdiri dari rantai berat dan rantai ringan. Struktur yang identik menyebabkan rantai-rantai polipeptida membentuk bayangan kaca terhadap sesamanya. Empat rantai pada molekul antibodi dihubungkan satu sama lain dengan ikatan disulfida (-s-s-) membentuk molekul bentuk Y. Dengan membandingkan deretan asam amino dari molekul-molekul antibodi yang berbeda, menunjukkan bahwa spesifikasi anti-gen-antibodi berada pada dua lengan dari Y. Sementara cabang dari Y menentukan peran antibodi dalam respon imun. Struktur antibodi dapat Anda amati pada Gambar 11.6 di samping ini untuk memudahkan dalam membayangkan bentuk antibodi.
Model struktur antibodi

c. Cara Kerja Antibodi

Cara kerja antibodi dalam mengikat antigen ada empat macam. Prinsipnya adalah terjadi pengikatan antigen oleh antibodi, yang selanjutnya antigen yang telah diikat antibodi akan dimakan oleh sel makrofag. Berikut ini adalah cara pengikatan antigen oleh antibodi.

1) Netralisasi

Antibodi menonaktifkan antigen dengan cara memblok bagian tertentu antigen. Antibodi juga menetralisasi virus dengan cara mengikat bagian tertentu virus pada sel inang. Dengan terjadinya netralisasi maka efek merugikan dari antigen atau toksik dari patogen dapat dikurangi.

2)    Penggumpalan

Penggumpalan partikel-partikel antigen dapat dilakukan karena struktur antibodi yang memungkinkan untuk melakukan pengikatan lebih dari satu antigen. Molekul antibodi memiliki sedikitnya dua tempat pengikatan antigen yang dapat bergabung dengan anti-gen-antigen yang berdekatan. Gumpalan atau kumpulan bakteri akan memudahkan sel fagositik (makrofag) untuk menangkap dan memakan bakteri secara cepat.

3)    Pengendapan

Prinsip pengendapan hampir sama dengan penggumpalan, tetapi pada pengendapan antigen yang dituju berupa antigen yang larut. Pengikatan antigen-antigen tersebut membuatnya dapat diendapkan, sehingga sel-sel makrofag mudah dalam menangkapnya.

4)    Aktifasi Komplemen

Antibodi akan bekerja sama dengan protein komplemen untuk melakukan penyerangan terhadap sel asing. Pengaktifan protein komplemen akan menyebabkan terjadinya luka pada membran sel asing dan dapat terjadi lisis. Perhatikan Gambar 11.7.
Reaksi antibodi pada antigen dan sel asing dalam penonaktifan antigen

Sistem imun dapat mengenali antigen yang sebelumnya pernah dimasukkan ke dalam tubuh, disebut memori imunologi. Dikenal respon primer dan respon sekunder dalam sistem imun yang berkaitan dengan memori imun. Berikut ini adalah gambaran respon primer dan sekunder.

Memori primer dan sekunder pada sistem imun

Gambar 11.8 menunjukkan bahwa setelah injeksi antigen A yang kedua, respon imun sekunder jauh lebih besar dan lebih cepat daripada respon primer. Dengan demikian respon sekunder sebenarnya lebih penting peranannya dalam sistem imun.

Proses Pembentukan & Pertumbuhan Tulang

Proses Pembentukan & Pertumbuhan Tulang - Rangka manusia terbentuk pada akhir bulan kedua atau awal bulan ketiga pada waktu perkembangan embrio. Tulang yang terbentuk mula-mula adalah tulang rawan (kartilago) yang berasal dari jaringan mesenkim (jaringan embrional). Sesudah kartilago terbentuk, rongga yang ada di dalamnya akan terisi oleh osteoblas.

Sel-sel osteoblas terbentuk secara konsentris yaitu dari dalam keluar. Setiap sel melingkari pembuluh darah dan serabut saraf yang membentuk sistem Havers. Substansi di sekitar tulang disebut matriks tulang, tersusun atas senyawa protein. Selanjutnya terjadi pengisian kapur dan fosfor sehingga matriks tulang menjadi keras. Pengerasan tulang disebut osifikasi.

Osifikasi dibedakan menjadi 2 macam sebagai berikut.
a. Osifikasi kondral yaitu pembentukan tulang dari tulang rawan. Terjadi pada tulang pipa dan tulang pendek.
b. Osifikasi desmal yaitu pembentukan tulang dari membran jaringan mesenkim. Terjadi pada tulang pipih.
Proses pertumbuhan tulang manusia dimulai sejak janin berusia delapan minggu sampai umur kurang lebih 25 tahun, bahkan lebih dari itu masih terjadi pembentukan tulang.

Perhatikan Gambar 4.12. Urutan proses pembentukan tulang (osifikasi) sebagai berikut.
a. Tulang rawan pada embrio mengandung banyak osteoblas, terutama pada bagian tengah epifisis dan bagian tengah diafisis, serta pada jaringan ikat pembungkus tulang rawan.
b. Osteosit terbentuk dari osteoblas, tersusun melingkar membentuk sistem Havers. Di tengah sistem Havers terdapat saluran Havers yang banyak mengandung pembuluh darah dan serabut saraf.
c. Osteosit mensekresikan zat protein yang akan menjadi matriks tulang. Setelah mendapat tambahan senyawa kalsium dan fosfat tulang akan mengeras.
d. Selama terjadi penulangan, bagian epifisis dan diafisis membentuk daerah antara yang tidak mengalami pengerasan, disebut cakraepifisis. Bagian ini berupa tulang rawan yang mengandung banyak osteoblas.
e. Bagian cakraepifisis terus mengalami penulangan. Penulangan bagian ini menyebabkan tulang memanjang.
f. Di bagian tengah tulang pipa terdapat osteoblas yang merusak tulang sehingga tulang menjadi berongga kemudian rongga tersebut terisi oleh sumsum tulang.

Anatomi Tulang Manusia

Artikelbagus.com - Anatomi Tulang Manusia : Di dalam tubuh manusia, tulang-tulang menyusun alat gerak pasif dalam bentuk rangka. Susunan rangka dibangun dari gelang-gelang dan lebih dari 200 potong tulang. Tulang-tulang bertemu satu dengan yang lain pada sambungan tertentu.

Sambungan itulah yang dapat membantu kelancaran gerakan. Sejumlah gerakan dapat terjadi karena adanya macam-macam hubungan antar tulang (artikulasi). Namun, gerakan tak mungkin terjadi tanpa penggerak, yaitu otot. Oleh karen itu, tualng disebut sebagai alat gerak pasif sedangkan otot yang berperan sebagai penggerak tulang disebut alat gerak aktif.

Menurut bentuk dan ukurannya tulang dibedakan sebagai berikut:

1. Tulang pendek
Tulang pendek bentuknya seperti silider kecil, berfungsi agar tulang dapat bergerak bebas. Tulang pendek terdapat pada pergelangan tangan dan kaki, telapak tangan dan kaki.

2. Tulang panjang
Tulang panjang bentuknya seperti pipa, berfungsi untuk artikulasi, terdapat pada tulang hasta, tulang paha dan tulang betis.

3. Tulang pipih
Tulang pipih berbentuk pipih dan lebar, berfungsi untuk melindungi struktur dibawahnya, seperti pada pelvis, tulang belikat dan tempurung kepala.

4. Tulang tidak beraturan
Tulang tidak beraturan ini bentuknya kompleks dan berhubungan dengan fungsi khusus. Contoh tulang tidak beraturan adalah tulang punggung dan tulang rahang.
Gambar 9.33. Kerangka manusia.

Menurut bahan pembentuknya, tulang dapat dikelompokkan atas tulang rawan (kartilago) dan tulang (osteon).

a. Tulang rawan (kartilago)
Keadaan tulang rawan lentur (elastis). Telinga, ujung hidung, dan laring (Adam`s apple) dibentuk dan ditopang oleh tulang rawan. Pada umumnya, matriks pada tulang rawan mengandung serabut kolagen dan tidak mengandung kalsium.

Tulang rawan dibentuk oleh sel-sel tulang rawan (kondrosit) yang dihasilkan oleh kondroblas (pembentuk tulang rawan). Antara sel-sel rawan terbentuk matriks dari kolagen dalam bentuk “gel” dari karbohidrat dan protein. Macam-macam tipe tulang rawan adalah sebagai berikut:
  • tulang rawan hialin, sifatnya halus dan terdapat di ujung tulang. 
  • tulang rawan elastis, sifatnya elastis pada telinga dan epiglotis. 
  • tulang rawan yang liat (kuat) terbentuk dari serabut kolagen yang banyak dalam matriks, terdapat pada tendon dan ligamen.

b. Tulang sejati (osteon)
Tulang terdapat pada seluruh anggota gerak. Bagian lapisan luar tulang keras (tulang kompak) dan mengelilingi rongga yang disebut rongga sumsum. Berdasarkan teksturnya, tulang dibedakan atas 2 macam, yaitu:
  • tulang kompak, membentuk lapisan luar yang padat. 
  • tulang spons (berongga), bagian dalam pipih, seperti pada tulang tengkorak dan pada ujung-ujung tulang panjang dekat sambungan tulang. Bentuk rongga ini melindungi tulang itu sendiri jika ada tekanan, benturan atauhentakan.

Bila tulang dipotong sedemikian rupa kemudian dilihat dengan mikroskop, maka akan terlihat lingkaran-lingkaran sel tulang yang tersusun secara konsentris, melingkari pembuluh darah dan saraf. Lingkaran sel tulang bersama dengan pembuluh darah dan saraf membentuk saluran Havers atau sistem Havers.

Bagian dalam dari tulang berisi sumsum tulang yang terdiri dari dua tipe, yaitu sumsum merah dan sumsum kuning. Sumsum merah merupakan tempat produksi sel darah merah. Pada anak-anak, sumsum merah terdapat pada seluruh tulang; sedangkan pada orang dewasa, sumsum merah terdapat pada tulang tengkorak, ruas tulang belakang, tulang rusuk, dan tulang gelang.

Sumsum kuning terdapat pada tulang-tulang anggota gerak dewasa. Sumsum kuning terbentuk dari campuran sel jaringan ikat, seperti jaringan lemak dan sumsum merah.

Tulang dibentuk dari osteosit dan matriks. Osteosit dibentuk dari Osteoblas. Jenis-jenis matriks adalah sebagai berikut:
  • semen: tersusun dari molekul karbohidrat. 
  • kolagen: bentuknya seperti serabut. Kolagen yang diikat oleh semen akan menampakkan ciri tulang. Tanpa kolagen, tulang menjadi rapuh seperti kepingan-kepingan karang atau kapur. M 
  • mineral: misalnya seperti kalsium, fosfat, dan karbonat. Tanpa adanya mineral dalam matriks tulang menjadi lentur. 
Dalam matriks terdapat kalsium yang menjadikan tulang bersifat keras, sedangkan mineral merupakan 65% dari berat seluruh tulang.

Tulang adalah jaringan hidup. Ini berarti bahwa tulang dapat tumbuh dan memperbaiki sendiri bagian yang rusak (patah, retak). Pada tulang dewasa ada bagian tulang yang dirusak (pada bagian tengah tulang pipa) oleh perombak sel tulang (osteoblas). Tulang tumbuh menjadi besar dengan perbanyakan sel dan menjadi panjang. Tempat memanjangnya tulang pada daerah pertumbuhan atau cakra epifisis (daerah dekat ujung-ujung tulang).

Tahap-tahap pembelahan Mitosis

Sebagaimana layaknya sebuah benda / materi yang bersifat hidup, sebuah sel juga menunjukkan kemampuannya dalam melakukan reproduksi. Reproduksi sebuah sel terutama sel-sel somatis ( sel penyusun tubuh pada organisme multiseluler ) dilakukan dengan cara pembelahan sel. 
Pada umumnya para ahli biologi mengelompokkan pembelahan sel ke dalam 2 kelompok besar, yaitu :
  1. Pembelahan sel secara langsung, yang berarti sel membelah tanpa bisa dikenali adanya tahapan-tahapan tertentu. Ada yang menyebutnya dengan istilah amitosis
  2. Pembelahan sel secara tidak langsung, yang berarti sel membelah melewati tahapan-tahapan tertentu.
Pembelahan sel secara tidak langsung, dikelompokkan menjadi 2 yaitu pembelahan mitosis dan pembelahan meiosis.
Pada kesempatan ini, akan saya sampaikan khusus mengenai pembelahan mitosis, tahap-tahap serta ciri-ciri pokok/utama masing-masing tahapan.

Secara umum, pembelahan mitosis dapat didefinisikan sebagai pembelahan sel secara tidak langsung yang dialami oleh sel-sel penyusun tubuh organisme bersel banyak dimana sebuah sel induk ( sel yang membelah ) akan menghasilkan 2 buah sel anak yang memiliki sifat dan jumlah kromosom yang sama dengan induknya. 
Mitosis pada tumbuhan terutama berlangsung pada bagian ujung akar dan ujung batang.

Tahapan-tahapan pembelahan mitosis, secara umum terdiri atas 4 tahap yakni : profase - metafase - anafase dan telofase. Sementara itu, antara mitosis satu dengan mitosis berikutnya diselingi adanya interfase
Perhatikan gambar berikut ini :
gb.urutan tahapan mitosis ( sumber : http://t3.gstatic.com/images?q=t )
Ciri-ciri utama masing-masing tahapan mitosis, adalah sebagai berikut :
Tahap Profase :
  • benang-benang kromonema memendek dan menebal membentuk kromosom homolog dengan duplikatnya. Sehingga tampak jumlah kromosom 2 kali lebih banyak.
  • membran inti dan nukleolus menghilang
  • sentriol membelah menjadi dua, dan bergerak saling menjauh menuju ke arah 2 kutub berlawanan
  • dari masing-masing sentriol, menjulur benang-benang spindel ( benang gelendong )
Tahap Metafase :
  • masing-masing kromosom homolog dengan duplikatnya berjajar disepanjang bidang metafase / dataran metafase
Tahap Anafase :
  • masing-masing kromosom homolog memisahkan diri dengan duplikatnya, dan bergerak menuju ke arah dua kutub yang berlawanan. Gerakan ini disebabkan oleh adanya kontraksi / gaya tarik dari benang spindel
Tahap Telofase :
  • kromosom homolog maupun kromosom duplikat mencapai kutub sel nya masing-masing
  • mulai terlihat adanya membran inti sel dan nukleolus
  • pada bagian tengah sel mulai terbentuk adanya sekat pemisah
  • terbentuk dua buah sel anak
setelah tahap telofase berakhir, dan terbentuk 2 sel anak. Maka sel sel anak tersebut akan mengalami masa istirahat / interfase. Meskipun istilah istirahat di sini kurang tepat, karena pada interfase sel tersebut akan mengalami berbagai aktifitas pertumbuhan baik pertumbuhan / pembentukan organel-organel sel, pengumpulan energi, proses sintesis untuk mempersiapkan pembelahan mitosis berikutnya.

Tahap-tahap pembelahan Meiosis dan ciri-ciri

Seperti halnya mitosis, meiosis merupakan pembelahan sel secara tidak langsung melalui dua tahapan meiosis I dan meiosis II, tanpa melalui interfase.
Secara ringkas ciri-ciri setiap tahapan dalam meiosis I dan meiosis II seperti dijelaskan dalam bentuk table berikut.

Tabel Ciri-ciri tahapan dalam meiosis 1 dan meiosis 2
No
Tahapan
Sub tahap
Ciri-ciri utama
Ket
1
Meiosis 1
Profase I
·  Benang-benang kromatin menebal menjadi kromosom (= leptonema )
·  Setiap kromosom homolog ( bivalen ) bergandengan (=zigonema )
·  Tiap bagian kromosom homolog mengganda membentuk tetrad (=pakinema)
·  Kromatid dari setiap belahan kromosom memendek dan membesar (=diplonema )
·  Sentriol membelah dua, muncul benang gelendong, membrane inti dan nucleolus menghilang (=diakinesis )

Metaphase I
·  Setiap tetrad berada pada bidang metaphase/dataran metaphase

Anaphase I
·  Masing-masing tetrad memisahkan diri dari pasangannya, dan bergerak menuju kea rah dua kutub yang berlawanan

Telofase I
·  Masing-masing tetrad semakin mendekati kutub
·  Membrane sel dan nucleolus mulai dapat diindera
·  Terbentuk bidang pembelahan pada bagian tengah-tengah sel
·  Kromatid meregang membentuk benang-benang kromatin
·  Terbentuk 2 sel anak dengan jumlah kromosom sama dengan induknya

Tanpa adanya interfase, 2 sel anak yang terbentuk akan melanjutkan ke tahap
meiosis II.
2
Meiosis II
Profase II
·  Benang-benang kromatin menebal menjadi kromosom
·  Setiap kromosom homolog / bivalen bergandengan
·  Kromosom tidak mengganda
·  Sentriol membelah dua, muncul benang gelendong, membrane inti dan nucleolus menghilang

Metaphase II
·  Setiap pasangan kromosom homolog berada pada bidang metaphase/dataran metaphase

Anaphase II
·  Masing-masing kromosom memisahkan diri dari pasangannya, dan bergerak menuju kea rah dua kutub yang berlawanan

Telofase II
·  Masing-masing kromosom semakin mendekati kutub
·  Membrane sel dan nucleolus mulai dapat diindera
·  Terbentuk bidang pembelahan pada bagian tengah-tengah sel
·  kromosom meregang membentuk benang-benang kromatin
·  Terbentuk 4 sel anak dengan jumlah kromosom sama dengan induknya



sumber : http://t0.gstatic.com/images?
Source: http://pelajaranbiologi-sma1.blogspot.com/2010/11/tahap-tahap-pembelahan-meiosis-dan-ciri.html