Iman kepada Malaikat
Malaikat (ملائكة) adalah bentuk jama’ dari malak (ملك). Ulama berbeda pendapat menganai apakah malaikat ini termasuk pada kata musytaq (memiliki asal-usul kata) atau jamid (istilah tersendir tidak memiliki asal kata). Demikian sebagaimana yang disampaikan Imam Al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya.Namun terlepas dari itu, malaikat adalah makhluk ghaib yang Allah ciptakan dari cahaya. Malaikat senantiasa taat kepada setiap apa yang Allah perintahkan. Allah telah membebani mereka dengan tugas-tugas tertentu. Diantara sekian banyaknya jumlah malaikat, sepuluh malaikat diantaranya yang disebut dalam Qur’an dan Hadits.
Rasulullah Shallahu’alaihi wa sallam pernah bersabda,
خُلِقَتِ الْمَلاَئِكَةِ مِنْ نُوْرٍِوَخُلِقَ الْجاَنُّ مِنْ ماَرِجٍِ مِنْ ناَرٍِوَخُلِقَ آدَمُ مِمَّاوُصِفَ لَكُمْ
”Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api yang menyala-nyala, dan adam ’Alaihissalam diciptakan dari apa yang telah disifatkan kepada kalian.”
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
”Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.”
Iman kepada malaikat adalah sebuah kewajiban, merupakan iman kedua setelah iman kepada Allah. Disebut kafir jika seseorang mengingkari akan adanya malaikat. Allah berfirman, “Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, kitab-kitab-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.
Sebagian ulama ada yang menggolongkan iman kepada malaikat ini termasuk kepada masalah sam’iyât. Masalah sam’iyât ialah masalah-masalah dalam aqidah yang wajib dipercayai dan dibenarkan keberadaannya dengan dasar dalil-dalil simâ’ (didengar), yaitu Qur’an, Sunnah Shahihah dan Ijma.[5] Dengan kata lain masalah sam’iyât adalah kepercayaan yang hanya berdasarkan nas-nas syar’i belaka tanpa bisa dirasionalkan oleh akal.
Jika demikian iman kepada malaikat hanya berdasarkan kepada dalil-dalil nas Qur’an dan Sunnah belaka tanpa bisa dibuktikan keberadanya oleh akal. Namun, kewajiban iman kepada malaikat adalah nyata, meski tidak bisa dirasionalkan oleh akal.
yang melihat bala bantuan malaikat. Atau saat para sahabat didatang i tamu yang merupakan jelmaan malaikat Jibril, menanyakan
manusia tidak bisa melihat mereka. Hal ini membuktikan bahwa ada penjaga yang menjaga manusia dari kejahatan mereka, yaitu
0 comments: