JAKARTA, KOMPAS.com — Alasan pemerintah terus  mempertahankan rintisan sekolah bertaraf internasional karena mutu  pendidikan Indonesia bakal berdaya saing internasional perlu  dipertanyakan. Pasalnya, evaluasi yang dilakukan Badan Penelitian dan  Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan justru menunjukkan  bahwa tak selalu sekolah RSBI unggul dari sekolah reguler.
Bahkan,  dalam beberapa skor penilaian, termasuk Bahasa Inggris yang seharusnya  menjadi keunggulan rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI), siswa  dan guru di sekolah reguler lebih unggul.
Ini terlihat di jenjang  SMP di mana skor Bahasa Inggris siswa RSBI 7,05, sedangkan siswa  reguler 8,18. Guru Bahasa Inggris di SMP juga punya skor yang lebih  tinggi, yaitu 6,2, dibandingkan dengan guru RSBI yang 5,1. Ini juga  terjadi pada guru Bahasa Inggris di jenjang SMA.
Selisih skor  nilai-nilai antara siswa RSBI dan reguler umumnya di bawah 1 dari skor  0-9. Hal ini terjadi karena, dari kajian, guru-guru sekolah reguler  justru mempunyai skor yang lebih baik dari guru di RSBI.
Ambil  contoh, guru SMA reguler ternyata lebih unggul dalam skor di mata  pelajaran Fisika, Biologi, dan Bahasa Inggris. Di Matematika hampir  sama. Kemampuan pedagogi guru juga tidak jauh berbeda.
Bahkan, di  SD, skor pedagogi guru sekolah reguler lebih unggul. Di jenjang SMP juga  berbeda kecil, kecuali di SMA yang perbedaannya lebih dari 1 poin.
S  Hamid Hasan, ahli evaluasi dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI),  Jumat (17/2/2012), mengatakan, tidak berarti bahwa kemampuan RSBI lebih  baik dari sekolah reguler yang unggul. "Asal sekolah diberi fasilitas  yang baik, guru yang kompetensinya bagus, tanpa embel-embel RSBI pun  sekolah tetap bisa menunjukkan kualitas. Untuk apa pemerintah  menciptakan perbedaan-perbedaan dalam pendidikan lewat RSBI," tutur  Hamid.
Retno Lisyarti, guru SMA RSBI di Jakarta, mengatakan,  pemerintah tidak mampu membangun kapasistas guru yang dibutuhkan untuk  sekolah bermutu. Dana dari masyarakat dan pemerintah yang mengucur ke  sekolah RSBI lebih untuk peningkatan sarana, kegiatan, honor guru, dan  membayar pengajar asing yang digaji lebih mahal.
Menurut Retno, di  sekolah RSBI ada guru asing yang ditetapkan harus dari kawasan Eropa  atau Australia. Bayarannya lebih mahal dibandingkan dengan guru  Indonesia. Untuk kelas internasional yang bayarannya Rp 31 juta per  tahun, kata Retno, siswa mendapat pengajaran ekstra dari beberapa guru  asing. Utamanya saat siswa hendak menghadapi ujian internasional  Cambridge atau IB.
"Kebijakan RSBI pun menciptakan ketidakadilan  bukan hanya kepada masyarakat. Guru dalam negeri saja dipandang lebih  rendah daripada guru asing," kata Retno. 
source:


0 comments: